Ini Pose Pilot Sukhoi Sebelum Terbang (Sumber: Detik)
Jakarta Kecelakaan penerbangan kembali terjadi di wilayah Indonesia.
Namun, kali ini menimpa pesawat penumpang berbendera Rusia. Pesawat
Sukhoi berjenis Superjet100 hilang kontak di kawasan Bogor, Jawa Barat.
Informasi yang diterima detikcom, Rabu (9/5/2012), pesawat itu hilang
kontak sekitar pukul 15.30 WIB. Pilot pesawat itu sebelumnya mengontak
ke traffic control Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 15.00 WIB.
Saat itu, pilot pesawat itu mengontak memberitahu bahwa pesawat sedang
terbang di ketinggian 10 ribu kaki di atas wilayah Bogor. "Pukul 15.30
WIB, pilot meminta izin untuk menurunkan pesawat di ketinggian 6000
kaki. Tapi, setelah itu, hilang kontak. Sampai sekarang belum diketahui
posisinya," kata salah seorang sumber kepada detikcom.
Pesawat Sukhoi Superjet100 ini berada di Indonesia untuk melakukan tes
terbang. Pesawat penumpang ini sedang ditawarkan ke maskapai penerbangan
di Indonesia. Sekitar pukul 14.00 WIB, pesawat berbadan warna putih itu
take off dari Bandara Halim Perdana Kusumah.
Pesawat Sukhoi Ditemukan di Tebing Gunung Salak di Cijeruk
Jakarta Tim pencarian dari Lanud Atang Sanjaya sudah berhasil
menemukan titik jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Pesawat itu
diperkirakan jatuh di kawasan Cijeruk, Bogor.
"Di daerah Cijeruk, jaraknya sekitar 1,7 nautical mile," kata Kepala
Pentak Lanud Atang Sanjaya, Mayor Ali, saat dikonfirmasi detikcom, Kamis
(10/5/2012).
Ali memastikan secara fisik, pesawat sudah ditemukan. "Sudah ada di pinggiran tebing," jelasnya.
Tim berupaya untuk sesegera mungkin melakukan evakuasi lewat darat maupun udara. "Sedang kita upayakan," katanya. sumber
Lokasi hilangnya pesawat Sukhoi Superjet 100 telah diketahui. Pesawat
nahas itu ditemukan di lereng Gunung Salak dan diduga mengalami total
loss atau hancur total akibat benturan.
Hingga saat ini, penyebab jatuhnya pesawat buatan Rusia itu belum
diketahui secara pasti. Padahal, pesawat itu datang ke Indonesia dalam
rangka demonstrasi penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma.
Lantas apa penyebab jatuhnya pesawat buatan Rusia itu?
"Kalau dari rangkaian keterangan pesawat itu minta turun dari
ketinggian 10 ribu feet ke 6000 feet. Padahal itu berarti gunung sudah
ada di depan mata," demikian jawab salah seorang pakar penerbangan, Dudy
Sudibyo saat berbincang dengan mereka.com, Kamis (10/5).
Namun
demikian, Dudy memprediksi sang pilot kala itu berpikir posisi pesawat
sudah dekat dengan Bandara Halim Perdanakusuma. Sebab, sebelum hilang
kontak, pesawat sempat menurunkan ketinggian dari 10 ribu feet ke
ketinggian 6 ribu feet.
"Kalau dia tetap 10 ribu (feet) menurut
saya dia tidak akan menabrak gunung. Kenapa dia minta? Dugaan saya
karena dia sudah mau dekat ke Halim tapi saya tak tahu kenapa seperti
itu," kata dia.
Seperti diketahui, pesawat yang hilang kontak
sejak kemarin itu dikemudikan bukan oleh sembarang pilot. Aleksandr
Yablontsev, warga negara Rusia, merupakan pilot tes senior yang juga
mantan pilot tempur Uni Soviet. Dia bahkan pernah menjalani pendidikan
sebagai kosmonot.
Pria bernama lengkap Aleksandr Nikolaevich Yablonstsev itu lahir di Warsawa, kini ibu kota Polandia, pada 1955. Di situs www.astronautix.com, dia tercatat pernah mendapat pelatihan misi luar angkasa, sehingga statusnya adalah kosmonot atau antariksawan Soviet.
Karir militernya dimulai sejak 1976, selepas lulus dari Sekolah Pilot
Militer Armavir, Rusia. Pendidikan penerbangan lanjutan dia tempuh di
Institut Penerbangan Moskow, lulus pada 1989.
Sepanjang 1989
hingga 1991, Yablonstsev mengikuti pendidikan pilot untuk program
antariksa alias kosmonot. Dikabarkan dia pernah beberapa kali
mengemudikan pesawat ulang-alik Buran selama periode itu.
Karirnya di militer selesai pada 1997. Setahun sesudahnya, dia mulai
bekerja sebagai pilot penerbangan sipil di maskapai Rusia Transaero
Airlines. Tidak ada data kapan dia mulai bekerja sebagai pilot untuk
Sukho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar